pasang
Berlangganan Tulisan Terbaru, Gratis!

Semoga bermanfaat

Senin, 16 Februari 2015

Pengajian Pemuda MTA Perwakilan DIY


Pemuda MTA Ngaglik bersama warga pengajian sukses menyelenggarakan Pengajian Pemuda MTA Perwakilan DIY pada Sabtu (14/2). Hujan yang turun semenjak sore hari tak menyurutkan semangat pemuda - pemuda MTA Perwakilan DIY untuk datang dan menyukseskan acara ini. Sekitar 60 Pemuda dari cabang cabang MTA yang ada di DIY datang  pada acara yang merupakan tindak lanjut dari pertemuan Pemuda MTA Perwakilan DIY di Cabang Kota pada desember lalu. Kemeriahan cukup terlihat pada acara yang sempat tertunda pelaksanaannya ini walaupun tidak seluruh perwakilan cabang bisa hadir. Cabang yang mengirimkan perwakilannya sekitar 15 cabang dari total 17 cabang yang diundang.

Acara Pengajian Pemuda MTA Perwakilan DIY dimulai pukul 20.00 WIB. Acara ini dimulai dengan qiroah dan sambutan - sambutan. Ketua panitia Muhammad Iqbal mengatakan, "semoga dengan terselenggaranya acara ini dapat memperkuat memperkuat ukhuwah antara pemuda MTA di Perwakilan DIY. Iqbal juga menyatakan bahwa dalam acara ini akan dilaksanakan musyawarah pembentukan pengurus Pemuda MTA tingkat Perwakilan DIY. Iqbal berharap semoga dengan terbentuknya kepengurusan Pemuda MTA tingkat Perwakilan DIY dapat menghasilkan generasi - generasi penerus yang mampu melanjutkan tongkat estafet dakwah di masa yang akan datang.

Ustadz Widi yang memberikan tausyiah pada acara ini menyambut baik dengan terselenggaranya acara ini. Ustadz Widi memberikan nasehat kepada pemuda - pemuda yang hadir untuk meluruskan niat dan menjaga keikhlasan sehingga apa yang diniatkan mendapat nilai di sisi Allah SWT. Ustadz Widi Menjelaskan bahwa Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sehingga kaum itu mengubah nasibnya sendiri. Penjelasan yang diberikan Ustadz tentang mengubah nasibnya sendiri yaitu mengubah karakternya sendiri. Ustadz menjelaskan bagaimana para sahabat memiliki karakter - karakter sendiri yang sangat kuat, Abu Bakar dengan kejujuran dan kelembutannya, Umar bin Khattab dengan ketegasan dan keadilannya, dan yang lainnya. Ustadz mengajak peserta untuk memiliki karakter yang khusus. Karakter yang dimaksud disini adalah karakter seorang muslim. Ustadz menjelaskan bagaimana karakter seorang muslim dididik dengan rukun islam. Syahadat sebagai pelajaran komitmen, Sholat mendidik kedisiplinan diri, Puasa mendidik menahan diri, Zakat mengajarkan untuk mensucikan diri dan dermawan, dan Haji mendidik untuk memiliki wawasan yang luas. Ustadz Widi juga mengaharapkan pemuda memiliki sifat yang telah diteladankan Nabi Yusuf.

Setelah tausyiah dari Ustadz Widi, pada pertemuan ini juga diselenggarakan musyawarah pembentukan pengurus Pemuda MTA tingkat Perwakilan DIY. Hasil musyawarah ini yaitu terbentuknya kepengurusan inti Pemuda MTA tingkat Perwakilan DIY. Ketua 1 Ade dari Cabang Kota; Ketua 2 Adit dari Cabang Depok; Sekretaris 1 M Iqbal dari Cabang Ngaglik; Sekretaris 2 Kiki dari Cabang Mlati; Bendahara 1 Heru dari Cabang Kota; Bendahara 2 Deta dari Cabang Bambanglipuro. Musyawarah ini juga menyepakati untuk diiadakan divisi - divisi yang akan dibentuk pada pertemuan selanjutnya.

Selasa, 10 Februari 2015

Islamnya Umar

Adapun sebab-sebab masuk Islamnya 'Umar, bahwasanya saudara perempuannya yang bernama Fathiman binti Khaththab, ia adalah istri Sa'id bin Zaid bin 'Amr Al-'Adawiy, mereka suami-istri ini telah masuk Islam, tetapi mereka berdua merahasiakan keislamannya dari 'Umar. Sedangkan Nu'aim bin 'Abdullah An-Nahhaam Al-'Adawiy juga telah masuk Islam, dan ia merahasiakan keislamannya dengan memisahkan diri dari kaumnya, sedangkan Khabbaab bin Al-Aratt datang dan pergi ke rumah Fathimah untuk membacakan Al-Qur'an. Pada suatu hari 'Umar keluar dengan membawa pedang untuk mencari Nabi SAW dan kaum muslimin, sedangkan pada waktu itu mereka sedang berkumpul di rumah Al-Arqam di dekat bukit Shafa, di situ ada kaum muslimin yang belum berhijrah kira-kira 40 orang laki-laki.Kemudian di tengah perjalanan, 'Umar bin Khaththab bertemu dengan Nu'aim bin 'Abdullah. Nu'aim bertanya, "Hai 'Umar, hendak kemanakah kamu ?". 'Umar menjawab, "Aku akan mencari Muhammad yang telah mencerai-beraikan urusan kaum Quraisy, ia telah mencela agama orang-orang Quraisy dan telah mencaci tuhan-tuhannya, maka aku akan membunuhnya". Lalu Nu'aim berkata, "Demi Allah, kamu telah tertipu oleh dirimu. Apakah kamu kira Bani 'Abdu Manaf akan membiarkan kamu hidup berjalan di muka bumi, kalau kamu sampai membunuh Muhammad ? Apakah kamu tidak pulang saja kepada keluargamu, lalu kamu urusi urusan mereka ?". 'Umar bertanya, "Siapa keluargaku ?".Nu'aim menjawab, "Iparmu yang juga anak pamanmu, yaitu Sa'id bin Zaid dan saudaramu perempuan Fathimah. Demi Allah, keduanya telah masuk Islam".

Kemudian 'Umar pulang, lalu datang ke rumah saudara perempuannya, yang pada waktu itu Khabbaab bin Al-Aratt sedang membacakan Al-Qur'an kepada mereka berdua. Setelah mereka mendengar 'Umar datang, Khabbaab bersembunyi, dan Fathimah menyembunyikan lembaran shahifah itu di bawah kedua pahanya, dan 'Umar telah mendengar bacaan Khabbaab tersebut. Setelah 'Umar masuk, ia bertanya, "Suara apa ini tadi ?". Mereka berdua balik bertanya, "Apakah kamu mendengar sesuatu ?". 'Umar menjawab, "Ya, aku diberitahu bahwa kalian berdua telah mengikuti Muhammad, mengikuti agamanya", dan 'Umar memukul iparnya, ya'ni Sa'id bin Zaid, lalu saudara perempuannya melerainya, maka 'Umar pun memukulnya, sehingga saudara perempuannya itu terluka. Setelah 'Umar berbuat demikian itu, lalu saudara perempuan 'Umar dan suaminya itu berkata, "Benar, kami telah masuk Islam, kami beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, maka lakukanlah apa yang akan kamu lakukan".

Setelah 'Umar melihat saudara perempuannya itu berdarah, ia menyesal dan berkata, "Sekarang berikanlah kepadaku lembaran itu yang tadi aku mendengar kalian membacanya, sehingga aku bisa melihat apa yang dibawa Muhammad". Saudara perempuan 'Umar itu menjawab, "Sungguh kami khawatir kamu akan merusaknya". Lalu 'Umar bersumpah bahwa ia akan mengembalikannya. Saudara perempuan 'Umar itu berkata, (sedangkan ia mengharapkan keislamannya), "Sesungguhnya kamu najis, karena kamu masih musyrik. Sedangkan tidak menyentuh shahifah ini melainkan orang-orang yang disucikan". Kemudian 'Umar bangkit, lalu mandi.

Kemudian saudara perempuan 'Umar itu memberikan lembaran shahifah itu kepada 'Umar. Lalu 'Umar membacanya, dan pada shahifah itu terdapat surat Thoohaa, dan 'Umar adalah orang yang bisa menulis. Setelah 'Umar membaca sebagiannya, ia berkata, "Alangkah bagusnya kalimat ini dan alangkah mulianya". Setelah Khabbaab bin Al-Aratt mendengar perkataan 'Umar itu, lalu ia keluar menemui 'Umar dan berkata, "Hai 'Umar, demi Allah, sesungguhnya aku berharap bahwa Allah mengkhususkan kamu karena do'a Nabi-Nya. Sesungguhnya kemarin aku mendengar beliau berdo'a, "Ya Allah, kuatkanlah Islam dengan 'Umar bin Khaththab atau dengan Abul Hakam bin Hisyam", maka Allah, Allah (telah memperkenankannya) ya 'Umar.

Kemudian seketika itu 'Umar berkata, "Hai Khabbaab, tunjukkanlah aku kepada Muhammad, aku akan datang kepadanya dan masuk Islam". Kemudian Khabbaab menunjukkannya, maka 'Umar lalu mengambil pedangnya dan datang kepada Nabi SAW dan para shahabatnya. 'Umar mengetuk pintu, lalu ada orang laki-laki diantara para shahabat bangkit, lalu mengintip dari celahcelah pintu. Ia melihat 'Umar datang dengan berselempang pedang. Lalu ia memberitahukan yang demikian itu kepada Nabi SAW. Maka Hamzah berkata, "Ijinkanlah dia masuk. Jika ia datang dengan maksud menginginkan kebaikan, kita sambut dia dengan baik. Dan jika dia datang dengan maksud keburukan, akan kita bunuh dia dengan pedangnya". Kemudian 'Umar dipersilahkan masuk, lalu Nabi SAW bangkit menyambutnya dan menemuinya. Lalu Nabi SAW memegang rida'nya, kemudian dengan tarikan yang keras beliau bersabda, "Apa yang membuatmu datang kemari ?. Aku tidak melihatmu berhenti sehingga Allah menurunkan ketakutan". Lalu 'Umar berkata, "Ya Rasulullah, aku datang untuk beriman kepada Allah dan Rasul-Nya". Kemudian Rasulullah SAW bertakbir, sehingga diketahui oleh orang yang di dalam rumah, bahwa 'Umar masuk Islam. [Al-Kaamil fit Taariikh juz 1, hal. 602-603]

Senin, 02 Februari 2015

Kehidupan Dunia yang Sedikit


Dari Qais, ia berkata : Aku mendengar Mustaurid saudara dari Bani Fihr berkata : Rasulullah SAW bersabda, "Demi Allah, tidaklah kehidupan dunia ini jika dibandingkan dengan kehidupan akhirat, kecuali seperti salah seorang diantara kalian memasukkan jarinya ini ke dalam laut. (Yahya (perawi) sambil menunjukkan jari telunjuknya), maka lihatlah seberapa air yang menetes kembali". [HR. Muslim juz 4, hal. 2193] 

Kamis, 29 Januari 2015

Keutamaan Ilmu

Dari Mu'awiyah RA ia berkata, Rasulullah SAW telah bersabda, "Barangsiapa yang Allah menghendaki kebaikan kepadanya, maka Allah akan memberinya kefahaman dalam agamanya". [HR. Bukhari dan Muslim]

Rabu, 28 Januari 2015

Shaad : 29



Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran. 

Wasiat Untuk Harta

Dahulu pada masa Rasulullah SAW, beliau pernah mengutus Al-'Alaa' bin Hadlramiy ke kerajaan Bahrain, yang pada waktu itu rajanya bernama Al-Mundzir bin Saawaa Al-'Abdiy. Kemudian Raja tersebut masuk Islam di hadapan Al-'Alaa' dan raja tersebut menegakkan Islam dan keadilan terhadap rakyatnya. Setelah Rasulullah SAW wafat, tidak lama kemudian Al-Mundzir juga wafat. Pada waktu sakit, 'Amr bin 'Aash sempat datang menjenguknya. Al-Mundzir berkata kepada 'Amr, "Ya 'Amr, apakah Rasulullah SAW membolehkan seseorang yang sakit berwashiyat dari sebagian hartanya ?". 'Amr menjawab, "Ya, sepertiga dari hartanya". Kemudian Al-Mundzir berkata, "Apa yang sebaiknya aku perbuat dengan sepertiga itu ?". 'Amr menjawab, "Jika engkau mau, boleh engkau sedeqahkan kepada kerabatmu, dan jika engkau mau boleh juga engkau sedeqahkan kepada orang-orang yang membutuhkannya (faqir-miskin), dan jika engkau mau bisa engkau waqafkan". Lalu Al-Mundzir berkata, "Aku tidak suka jika hartaku dijadikan seperti Bahiirah, Saaibah, Washiilah maupun Haam, tetapi aku akan menyedeqahkan hartaku itu". Akhirnya Al-Mundzir melaksanakannya. Dan setelah itu iapun wafat. Dan 'Amr bin 'Aash sangat kagum kepadanya. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 720]

Musibah Sebagai Kaffarat Dosa

Dari Abu Sa’id dan Abu Hurairah RA dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Tidaklah menimpa kepada orang mukmin berupa kepayahan, penyakit, duka cita, kesusahan, gangguan dan tidak pula kesedihan hati, hingga terkena duripun kecuali dengannya Allah menghapus kesalahan-kesalahannya”. [HR. Bukhari].